BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukimia adalah suatu pengganasan pada pembuat sel proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi kejaringan tubuh lain. Leokimia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada fabrik pembuatan sel darah yaitu pada sumsum tulang penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan drah sel yang normal. Pada anak yang sering ditemukan ialah leokimia limfosotik akut (LLA). Jenis lain seperti leokimia mirloblastik akut (LMA). Leukimia limfositik kronik (LLK). Leukimia mielositik kronik (LMK). Dri semua itu LLA yang terbanyak. Pada umumnya gejala klinik dari berbagai leokimia hampir sama. Hanya berbeda apakah akut atau kronik. Juga gejala hematologis lain yang bergantung pada morfologis selnya. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas mengenai penyebab, cara mendiagnosis dini, dan patofisiologi, serta asuhan keperawatan pada leukimia. 1.3 Manfaat Manfaat dari pembuatan makalah asuhan keperawatan ini adalah diharapkan dapat diperoleh cara mendiagnosis dan penatalaksanaan yang lebih baik bagi penderita leukimia. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep dasar teori a. Definisi Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukimia juga bias didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietic. Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit. Kliasifikasi: Leukemia akut 1. Leukimia mielositik akut (LMA) merupakan leukemia yang mangenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA merupakan leukemia nonlimfisitik yang paling sering terjadi. 2. Leukimia limfositik akut acute lymphoblastic leukemia (LLA/ALL) merupakan suatu proliferasi ganas dari limfoblast. Leukemia kronis Leukemia kronis dibagi menjadi : 1. Leukemia myeloid → leukemia granulositik kronis/leukemia myeloid kronis (LGK/LMK). Merupakan suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan seri granulosit yang relative matang. LMK merupakan leukemia kronis dengan gejala yang timbul perlahan-lahan dan sel leukimianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. 2. Leukemia limfoid → Leukimia limfositik kronis (LLK) merupakan suatu proliferasi ganas limfoblast. Leukimia yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah Leukemia limfositik akut (LLA). Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ lain. Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996). b. Anatomi fisiologi (googling aja yach banyak kuk ndek google) Struktur leukosit Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening (tidak berwarna). Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu : eosinofil, basofil, dan neutrofil. Fungsi sel darah putih Fungsi dari sel darah putih adalah sebagai berikut. 1. Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES (system retikulo endotel). 2. Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Jenis-jenis sel darah putih Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut. a. Agranulosit Memiliki granula kecil didalam protoplasmanya, memiliki diameter sekitar 10-20 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, genulosit terbagi menjadi tiga kelompok berikut ini. 1. Neutrofil : granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai, banyaknya sekitar 60-70%. 2. Eosinofil : granula berwarna merah dengan pewarna asam, banyaknya kira-kira 24%. 3. Basofil : granula berwarna biru dengan pewarna basa, banyaknya kira kira 0,5% di sumsum merah. Neutrosil, eosinofil, dan basofil berfungsi sebagai fagosit untuk mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel. Selain itu, basofil bekerja senagai sel mast dam mengeluarkan peptide vasoaktif. b. Granulosit Granulosit terdiri atas. 1. Limfosit Limfosit memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfositberkembang dalam jaringan limfe. Bayaknya 20-50% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan Limfosit B. 2. Monosit Ukuranya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Fugsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih. Jumlah sel darah putih Pada orang dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0x109/1 yang terbagi sebagai berikut. Granulosit : • Neutrofil 2,5-7,5x109 • Eosinofil 0,04-0,44x109 • Basofil 0-0,10x109 Limfosit 1,5-3,5x109 Monosit 0,2-0,8x109 c. Etiologi Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui, akan tetapi terdapat faktor yang mempengaruhi antara lain: 1) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri). 2) Faktor endogen seperti ras 3) Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur). Faktor predisposisi: 1) Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV) 2) Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya 3) Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik. 4) Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol 5) Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur 6) Kelainan kromosom Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan. d. Gejala klinis 1. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas. 2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. 3. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan. 4. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma. 5. Penurunan nafsu makan 6. Kelemahan dan kelelahan fisik e. Patofisiologi (PV aja ke gue tar tak kasih aslinya) Proses patofisiologi leukemia akut dimulai dari transformasi ganas sel induk hemetologis atau turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan mengakibatkan hal-hal berikut. 1. Penekanan hematopoiesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure. 2. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali. 3. Katabolisme sel meningkatkan, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik. f. Penatalaksanaan • Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang berkangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang biasa digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride (cerubidine), cytarabine (cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol). fase Pelaksanaan Kemoterapi: 1. Fase Induksi Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%. 2. Fase profilaksis sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat. 3. Konsolidasi Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi. • Pemberian produk darah dan penanganan infeksi dengan segera • Transplantasi sumsum tulang 1.2 Konsep dasar asuhan keperawatan A. Pengkajian 1. Aktifitas - Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas biasa - Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen 2. Sirkulasi - Gejala : Palpitasi - Tanda : Takikardi, murmur jantung, kulit, membrane mukosa pucat, Definisi saraf cranial dan atau tanda perdarahan serebral. 3. Eliminasi - Gejala : Diare, nyeri tekanan perianal, nyeri, darah merah terang pada tissu, feses hitam, darah pada urine, penurunanhalvaran urine. 4. Integritas ego - Gejala : Perasan tak berdaya / tak ada harapan - Tanda : Depresi,menarik diri,asietas,takut,marah,mudah terangsang, perubahan dalam perasaan. 5. Makanan / cairan - Gejala : Kehilangan nafsu makan,anorexia,muntah perubahan rasa atau penyimpangan rasa,penurunan berat badan,farun gitis,disfagia. - Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, spenomegali, hepatomegali, ikterik, stomatitis, ulkus, mulut, hipertrofi gusi ( infiltrasi gusi mengidentifikasikan leokimia monditik akut). 6. Neuro sensori - Gejala : Kurang atau penurunan koordinasi perubahan dalam persaan kacau, disorientasi kurang konsentrasi,pusing,kebas,kesemutan,parestesia. - Tanda : Otot mudah terangsang aktifitas kejang. 7. Nyeri / Kenyamanan - Gejala : Nyeri abdomen,sakit kepala,nyeri tulang / sendi,nyeri tekan sterna, kram otot. - Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi,gelisah,focus pada diri srndiri. 8. Pernafasan - Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal. - Tanda : Dispnea,takipnea,batuk,gemericik,ronki,penurunan bunyi nafas. 9. Keamanan - Gejala : Riwayat infeksi saat ini / dahulu,jatuh,gangguan pengelihatan / kerusakan, pendarahan spontan tak terkontrol dg trauma minimal. - Tanda : Demam,infeksi,kenurahan,purpura,pendarahan nodus limfe.limpa,atau hati (sehubungan dg invasi jaringan) papilidema, dan eksfoltalmus. Linfiltrat leukemik pada dermis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dikaji adalah pemeriksaan per system B1-B6 B1 (Breathing) Anak mudah mengalami kelelahan serta sesak saat beraktifitas ringan. B2 (Bleeding) Penderita ALL mudah mengalami perdarahan spontan yang tidak terkontrol dengan trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, demam, lebam, purpura, perdarahan gusi dan epistaksis. B3 (Brain) Keluhan nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, dada terasa lemas, kram pada otot, meringis, kelemahan, dan hanya berpusat pada diri sendiri. Neurosensori Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, dan kehilangan rasa (baal). Pola kognitif dan persepsi Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran (somnolen), iritabilitas otot dan sering kejang. Pola mekanisme koping dan stress Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahanan tubuh yang sangat rendah. B4 (Bladder) Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal serta hematuria. B5 (Bowel) Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan, serta faringitis. Pola eliminasi Anak kadang mengalami diare, peneganagan pada parineal, nyeri abdomen, serta ditemukan darah segar dan fases berwarna ter, darah urine, serta penurunan urine output. B6 (Bone) Pola tidur dan istirahat Anak memperlihatkan penurunan aktivitas dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur/istirahat karena mudah mengalami kelelahan. Pola latihan Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan koordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang. Aktifitas Lesu, lemah, terasa payah, merasa tidak kuat untuk melakukan aktifitas sehari-hari kontraksi, Otot lemah, klien ingin tidur terus, dan tampak bingung. B. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan DX1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi leukosit ke jaringan sistemik Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan neyri akan berkurang Criteria hasil: Melaporkan penurunan tingkat nyeri Menjelaskan bagaimana keletihan dan ketakutan memengaruhi nyeri Menerima medikasi nyeri sesuai dengan yang diresepkan Menunjukan penurunan tanda-tanda fisik dan perilaku tentang nyeri Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik Mengidentifikasi strategi peredaran nyeri Menggunakan strategi peredaran nyeri dengan tepat Intervensi Keperawatan: 1. Observasi karakteristik nyeri, lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi. Rasional: Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi. 2. Tenangkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa anda akan membantu klien dalam mengurangi nyeri tersebut. Rasional: Rasa takut bahea nyerinya tidak dianggap nyata dapat meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri. 3. Observasi factor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien. Rasional: Memberikan data tentang factor-factor yang menurunkan kemampuan klien untuk menoleransi nyeri dan meningkatkan tingkat nyeri klien. 4. Berikan analgetik untuk meningkatkan peredaraan nyeri optimal dalam batas resep dokter. Rasional: Analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada siklus nyeri. 5. Pantau respons perilaku klien terhadap nyri dan pengalaman nyeri. Rasional: Memberikan informasi tambahan tentang nyeri klien. 6. Kolaborasi dengan klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain ketika mengubah penatalaksanaan nyeri diperlukan, Rasional: Metode baru pemberian analgetik harus dapat diterima klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain agar dapat efektif, partisipasi klien menurunkan rasa ketidakberdayaan klien. 7. Berikan dukungan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya. Rasional: Memberikan dorongan strategi peredaan nyeri yang dapat diterima klien dan keluarga. 8. Ajarkan klien strategi baru untk meredakan nyeri distraksi, imajinasi, relaksasi, dan stimulasi kutan. Rasional: Meningkatkan jumlah pilihan dan strategi yang tersedia bagi klien. DX2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek toksik obat Tujuan: Mengurangi mual muntah sebelum, selama, dan sesudah pemberian kemoterapi. Criteria hasil: Melaporkan penurunan mual Melaporkan penurunan muntah Mengonsumsi cairan dan makanan yang adekuat Menunjukkan penggunaan distraksi, relaksasi, dan imajinasi ketika diindikasikan. Menunjukkan turgor kulit normal dan membrane mukosa yang lembab Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan Intervensi Keperawatan: 1. Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi klien Rasional: Setiap klien berespons secara berbeda terhadap makanan setelah kemoterapi, makanan kesukaan dapat meredakan mual dan muntah klien 2. Cegah pandangan, bau, dan bunyi-bunyi yang tidak menyenangkan dilingkungan Rasional: Sensasi tidak menyenangkan dapat menstimulasi pusat mual dan muntah 3. Gunakan distraksi, relaksasi, dan imajinasi sebelum dan sesudah kemoterapi Rasional: Menurunkan ansietas yang dapat menunjang mual muntah 4. Berikan antiemetic, sedative, dan kortikosteroid yang diresepkan Rasional: Kombinasi terapi obat berupaya untuk mengurangi mual muntah melalui control berbagai factor pencetus 5. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama, dan sesudah pemberian obat. Kaji intake dan output cairan Rasional: Volume cairan yang adekuat akan mengencerkan kadar obat, mengurangi stimulasi reseptor muntah 6. Berikan dukungan kepada klien agar dapat menjaga personal hygiene dengan baik Rasional: Mengurangi rasa kecap yang tidak menyenangkan. 7. Berikan tindakan pereda nyeri jika diperlukan Rasional: Meningkatkan rasa nyaman akan meningkatkan toleransi fisik terhadap gejala yang dirasakan DX3. Kelemahan berhubungan dengan anemia Tujuan: Setelah dilakukan tindakan terjadi penurunan tingkat keletihan Criteria hasil: Melaporkan penurunan tingkat keletihan Meningkatnya keikutsertaan dalam aktivitas secara bertahap Istirahat ketika mengalami keletihan Melaporkan dapat tidur lebih baik Melaporkan energy yang adekuat untuk ikut serta dalam aktivitas Mengonsumsi diet dengan masukan protein dan kalori yang dianjurkan Intervensi Keperawatan: 1. Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan sesudah latihan fisik Rasional: Selama istirahat, energy dihemat dan tingkat energy diperbarui. Beberapa kali periode istirahat singkat mungkin lebih bermanfaat dibandingkan satu kali periode istirahat yang panjang. 2. Tingkatkan jam tidur total pada malam hari Rasional: Tidur membantu untuk memulihkan tingkat energi 3. Atur kembali jadwal setiap hari dan atur aktifitas untuk menghemat pemakaian energi Rasional: Pengaturan kembali aktifitas dapat mengurangi kehilangan enargi dan mengurangi stressor 4. Berikan masukan protein dan kalori yang adekuat Rasional: Penipisan kalori dan protein menurunkan toleransi aktivitas 5. Berikan dorongan untuk teknik relaksasi dan imajinasi Rasional: Peningkatan relaksasi dan istirahat psikologis dapat menurunkan keletihan fisik 6. Kolaborasi pemberian produk darah sesuai yang diresepkan Rasional: Penurunan hemoglobin akan mencetuskan klien pada keletihan akibat penurunan ketersediaan oksigen DX4. Gangguan integritas kulit: alopesia berhubungan dengan efek toksik kemoterapi Tujuan: Maka gangguan intergitas kulit tidak terjadi Criteria Evaluasi: Mengidentifikasi alopesia sebagai potensial efek samping dan pengobatan Mengidentifikasi perasan negative dan positif serta ancaman terhadap citra diri Mengungkapkan mengenai adanya kemungkinan kerontokan rambut yang dimiliki Menyebutkan rasional untuk modifikasi dalam perawatan rambut dan pengobatan Melakukan langkah-lankah untuk mengatasi kemungkinan kerontokan rambut Intervensi Keperawatan: 1. Diskusikan potensial kerontokan rambut dan pertumbuhan kembali bersama klien dan keluarga Rasional : Memberikan informasi, sehingga klien dan keluarganya dapat mulai untuk bersiap diri secara kognitif dan emosional terhadap kerontokan 2. Cegah atau minimalkan dampak kerontokan rambut melalui langkah-langkah berikut ini : Potong rambut yang panjang sebelum pengobatan Hindari pemakaian sampo yang berlebihan Menggunakan sampo ringan dan kondisioner Hindari penggunaan pengeriting listrik, pemanas, pengering rambut, dan penjepit Hindari menyisir berlebihan, gunakan sisir yang bergerigi lebar Rasoinal: Meminimalkan kerontokan rmbut akibat beban berat dan tarikan pada rambut 3. Cegah trauma kulit pada kepala Rasional: Membantu dalam mempertahankan pertumbuhan rambut 4. Srankan cara untuk membantu dalam mengatasi kerontokan rambut seperti memakai wig atau mengenakan topi Rasional: Menyamarkan kerontokan rambut 5. Jelaskan bahwa pertumbuhan rambut biasanya mulai kembali ketika pengobatan telah selesai Rasional: Menenangkan klien bahwa kerontokan rambut biasanya bersifat sementara DX5. Risiko tinggi infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh sekunder (gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, penekanan sumsum tulang) Tujuan: klien bebas dari infeksi Kriteria hasil: Keadaan temperatur normal Hasil kultur negatif Peningkatan penyembuhan Intervensi: a. Tempatkan pada ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung c. Awasi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi, perubahan mentak samar. d. Cegah menggigil: tingkatkan cairan, berikan kompres e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk f. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronchi; inspeksi sekresi terhadap perubahan karakteristik, contoh peningkatan sputum atau sputum kental. g. Inspeksi kulit untuk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Bersihkan kulit dengan larutan antibakterial. h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi halus. i. Tingkatkan kebersihan perianal j. Diet tinggi protein dan cairan k. Hindari prosedur invasiv (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin l. Kolaborasi - Awasi pemeriksaan lab. Misal: hitung darah lengkap, apakah SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur gram/sensitivitas. Kaji ulang seri foto dada, berikan obat sesuai indikasi, hindari antipiretik yang mengandung aspirin, berikan diet rendah bakteri, misal makanan dimasak. DX6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum Tujuan: klien mampu menoleransi aktivitas Kriteria hasil: Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi, pernafasan, dan TD dalam batas normal Intervensi: a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan. b. Implementasikan teknik penghematan energi. Contoh: lebih baik duduk daripada berdiri. c. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Jaga kebersihan mulut. Berikan antiemetik sesuai indikasi. d. Kolaborasi: berikan oksigen tambahan. DX7. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan penampilan dalam fungsi dan peran Tujuan: Maka citra tubuh dan harga diri klien dapat diperbaiki Criteria hasil: Mengidentifikasi hal-hal yang penting Mengambil peran aktif dalam aktifitas Mempertahankan peran sebelumnya dalam pembuatan keputusan - Mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap kehilangan - Ikut serta dalam aktivitas perawatan diri Intervensi Keperawatan: 1. Kaji perasaan klien tentang gambaran dan tingkat harga diri Rasional: Setiap klien berespons secara berbeda terhadap makanan kesukaan dapat meredakan mual muntah klien 2. Berikan motivasi untuk keikutsertaan yang kontinu dalam aktivitas dan pembuatan keputusan Rasional: Memberikan motivasi memungkinkan control kontinu terhadap kejadian dan diri klien 3. Berikan dukungan pada klien untuk mengungkapkan kekhawatirannya Rasional: Mengidebtifikasi kekhawatiran merupakan satu tahapan penting dalam mengawasinya 4. Bantu klien dalam perawatan diri ketika keletihan Rasional: Kesejahteraan fisik meningkatkan harga diri C. Implementasi 1. Mengobservasi karakteristik nyeri, lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi. 2. Menenangkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa anda akan membantu klien dalam mengurangi nyeri tersebut. 3. Mengobservasi factor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien. 4. Memberikan analgetik untuk meningkatkan peredaraan nyeri optimal dalam batas resep dokter. 5. Memantau respons perilaku klien terhadap nyri dan pengalaman nyeri. 6. Berkolaborasi dengan klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain ketika mengubah penatalaksanaan nyeri diperlukan, 7. Memberikan dukungan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya. 8. Mengajarkan klien strategi baru untk meredakan nyeri distraksi, imajinasi, relaksasi, dan stimulasi kutan. D. Evaluasi Masalah dikatakan teratasi bila: Klien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri Menjelaskan bagaimana keletihan dan ketakutan memengaruhi nyeri Menerima medikasi nyeri sesuai dengan yang diresepkan Menunjukan penurunan tanda-tanda fisik dan perilaku tentang nyeri Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik Mengidentifikasi strategi peredaran nyeri Menggunakan strategi peredaran nyeri dengan tepat BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan dan saran Leokimia adalah suatu pengganasan pada pembuat sel proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi kejaringan tubuh lain. Leokimia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada fabrik pembuatan sel darah yaitu pada sumsum tulang penyakit ini sering disebut kanker darah. Pada anak yang sering ditemukan ialah leokimia limfosotik akut (LLA). Pada umumnya gejala klinik dari berbagai leokimia hampir sama. Hanya berbeda apakah akut atau kronik. Juga gejala hematologis lain yang bergantung pada morfologis selnya. DAFTAR PUSTAKA Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Minggu, 13 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar