Kamis, 22 Desember 2011

bisnis online tanpa modal green horse

| Kamis, 22 Desember 2011 | 0 comments

Surfing Internet dapat duit, join 100% Free Tickerbar.info Dapatkan duit extra dari aktifitas online Anda. Cara mudah untuk menghasilkan uang. Bergabunglah bersama jutaan member tickerbar di seluruh dunia.Apa yang Anda butuhkan hanyalah komputer dengan koneksi internet. Saat Anda bergabung, tidak akan merubah kebiasaan online Anda. Tetaplah lakukan aktifitas online seperti biasa dan biarkan tickerbar akan bekerja untuk menghasilkan uang extra Anda. Anda mendapatkan uang dari : kegiatan online dan surfing di internet merefer teman-teman Anda untuk bergabung Yang harus Anda lakukan untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan dari tickerbar.info adalah : ++++ Saya rekomedasikan dengan orang seperti bawah ini ++++ ** Orang yang memakai komputer ** Orang yang ingin ” Two Job ” dan Penghasilan Tambahan ** Orang yang serius dengan kehidupan ** Orang yang mau berbusiness tanpa modal Apakah Anda sering di Internet? Apakah Anda ingin mendapatkan uang? Jika ingin, Anda sepanjang di internet dan web induksi beriklan Greenhorse dari perusahaan. You no click a banner. Anda tidak harus mengklik iklan. Klik tidak meningkatkan penghasilan Anda. Anda boleh saja mengklik iklan jika anda melihat sesuatu yang menarik, tapi itu hanya buang waktu anda. Anda mendapatkan bayaran beberapa ratus dolar/bulan. Greenhorse memberikan bayaran dengan cek dan dikirim mengirim melalui kantor Pos. Langkah 1. Join Program di sini atau di siniLangkah 2. Install the TickerBar ™ ke PC Langkah 3. Membangun downline Anda Langkah 4. Dapatkan Bayaran dari Green Horse Mendapatkan komisi income besar dari setiap anggota jarigan yang menjadi downline anda Bagaimana untuk membangun downline Anda? Tingkatan level program ini sebagai berikut : • Level 1 10 - 10 Downline • Level 2 100 - 10 Downline • Level 3 1000 - 10 Downline • Level 4 10000 - 10 Downline • Level 5 100000 - 10 Downline • Level 6 1000000 - 10 Downline Total downline : 1.000.010 = $100.000 per bulan Anda dibayar $1 per bulan untuk 10 orang downline Anda dibayar $10 per bulan untuk 100 orang downline Anda dibayar $100 per bulan untuk 1000 orang downline Anda dibayar $1000 per bulan untuk 10000 orang downline Anda dibayar $10000 per bulan untuk 100000 orang downline Anda dibayar $100000 per bulan untuk 1000000 orang downline KETERANGAN UTAMA Ketentuan Layanan 1. Sambutan dan penerimaan persyaratan layanan. Green Horse Corporation Green Horse Corporationsitus (ghc) Situs web, dengan nama lain TickerBar ghc layanan web dan properti, dimiliki dan dioperasikan oleh ghc, diberikan kepada anggota masyarakat, Persyaratan Layanan dan semua aturan operasi atau kebijakan yang mungkin diterbitkan oleh ghc. Persyaratan Layanan terdiri atas seluruh perjanjian antara Anggota dan ghc dan menggantikan semua perjanjian sebelumnya antara pihak, mengenai materi pelajaran yang terdapat di sini. Dengan berpartisipasi dalam proses pendaftaran, anggota mereka yang menunjukkan. perjanjian untuk terikat dengan semua Syarat Layanan. 2. Pembayaran. Setelah menyelesaikan prosedur pendaftaran, Anda akan diberi nomor identifikasi yang unik account User ID ( “UID”). Anda mungkin akan setiap orang yang telah mendaftar untuk Layanan langsung di bawah nama Anda / UID (“downline Pengguna”). Anda akan dibayar oleh ghc $ 0,01 per jam secara aktif terhubung ke internet (” Online “). Terinstal Komputer yang hanya dapat Online untuk maksimal 24 jam dalam satu hari. Jika Anda UID log lebih dari 24 jam Online dalam waktu satu jam 24 periode, account Anda dapat ditangguhkan atau dihentikan karena tidak biasa atau aktivitas yang mencurigakan. downline. kedalaman 6 level, Anda akan dibayar oleh ghc $ 1,00 per bulan untuk setiap 10 orang downline, $ 10,00 per bulan untuk setiap 100 orang downline, $ 100.00 per bulan untuk setiap 1000 orang downline, $ 1.000,00 per bulan untuk setiap 10000 orang downline $ 10.000,00 per bulan untuk setiap 100.000 orang downline. Komisi anda akan dibayarkan setelah 60 hari sejak diajukan permintaanAnda dapat mengajukan permintaan pembayaran kapan saja jika komisi andasudah terkumpul $50 atau lebih untuk orang Amerika dan $90 atau lebih untuk orang selain orang Amerika Semua pembayaran dibayarkan kepada Anda, dan dikirim ke anda terakhir dikenal melalui alamat US Pos Layanan. Akan ada biaya pemotongan $ 3,00 (tiga dolar) dan setiap pembayaran yang kembali ke ghc harus voided, dan account Anda akan dihapus dan setiap jumlah yang terkumpul akan dibayarkan. Statistik anda adalah sebagai berikut (Nilai uang akurat untuk $ ,01 karena pembulatan) Anda memiliki 1.490 anggota di downline Anda. 10 bonus untuk kepentingan pengguna adalah $ 1 per bulan 100 untuk kepentingan pengguna adalah $ 10 per bulan! 1000 untuk kepentingan pengguna adalah $ 100 per bulan! Bonus untuk kepentingan pengguna adalah $ 1000 per bulan! TickerBar Referral_________199503430 Total Pendapatan___________$1.321,14 Pendapatan tahun ini_________$1.324,38 Pendapatan bulan ini__________$107,01 Pendapatan saat ini______ ______$6,54 Jumlah total dibayar————$421,60 Saldo account————————--$900,1 Teman downline anda———-—- 1490 Sumber: http://1010.comxa.com/?p=1

Readmore..

Senin, 19 Desember 2011

bisnis online tanpa modal 100% work

| Senin, 19 Desember 2011 | 0 comments

Ada yang belum tahu socint? yup, socints adalah situs jejaring sosial seperti halnya friendster, facebook atau pun situs jejaring sosial lainnya yang mewadahi orang-orang di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi, bertukar informasi atau pun menjalin pertemanan. Bedanya di socint, anda bisa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan Uang dengan cara mengumpulkan poin dari setiap aktivitas yang anda lakukan. Mau tau gimana caranya? Langkah pertama daftar dulu di socints klik disini untuk mendaftar. 1.Isi dengan username anda (untuk sign in) 2.Buat Passwordnya 3.Isi dengan nama depan anda 4.Isi dengan nama belakang anda 5.Dropdown untuk memilih jenis kelamin 6.Isi bulan, tanggal dan tahun lahir anda 7.Isi dengan email valid anda 8.Salin security code yang tertera 9.Klik “become a socient” Selamat sekarang anda sudah terdaftar di socint Selanjutnya, mencari poin dan mengumpulkannya untuk bisa ditukar dengan hadiah ipod shuffle 4GB, ipod nano 8GB atau puluhan dolar yang akan di kirim ke rekening Paypal/ Alertpay anda. Yup, langsung ke langkah kedua yaitu, sign in ke akun yang baru saja anda buat 1.Halaman depan, merupakan dinding yang mencatat segala aktivitas anda. Anda juga bisa mengetahui aktivitas terbaru yang dilakukan oleh social circle, alias teman-teman yang akan anda dapatkan nantinya. 2.Profil, hampir sama dengan “home”, bedanya di kolom sebelah kiri merupakan statistik dan status profil anda. 3.Points, nah inilah yang anda butuhkan. Di sana tertera cara mendapatkan points untuk masing-masing aktivitas yang anda lakukan. Anda mendapatkan jatah maksimal 66 points per hari. 4.Rewards, di sinilah anda bisa menukar points yang telah anda dapatkan. 5.Setting, anda bisa mensetting ulang profil anda di sini. 6.Invite, undang teman anda sebanyak mungkin dengan mengirim email, menyebarkan link atau banner. Setiap teman yang anda ajak dan mendaftar ke socint, maka anda akan mendapatkan bonus 100 points. 7.Stats, merupakan statistik perolehan point yang sudah didapatkan oleh member socint 8.Logout, pastikan anda log out jika anda ingin mengakhiri aktivitas anda di socint Cara untuk mendapatkan rewards, masuk ke menu “Rewards” dan anda bisa membeli tiket di “Raffle Rewards” dengan points yang sudah anda dapatkan. Tiket yang sudah anda beli nantinya akan diundi sesuai reward yang anda pilih. Misalkan saja (contoh gambar di atas) anda ingin mendapatkan ipod shuffle 4GB. Di sana tertera 500 tickets dan tersisa 366 tickets (lingkaran kuning), itu artinya anda masih mempunyai kesempatan untuk membeli ticket tersebut dengan jumlah point yang sudah ditentukan, yaitu 500 points (lingkaran merah). Jika anda memiliki poin minimal 500, anda boleh saja membeli tiket tersebut, klik saja “use 500 points”(lingkaran merah) dan anda mendapatkan satu tiket untuk diundi. Kalau anda tidak ingin mengikuti undian atau ingin langsung dapat hadiahnya, anda bisa langsung ke “purchase rewards” (lingkaran biru). Caranya sama, pilih rewards dan klik “use 10000 points” untuk mendapatkan rewards. Tapi setahu saya socints hanya menyediakan rewards dalam bentuk dolar dalam “purchase rewards” yang nantinya akan dikirm ke rekening paypal atau alertpay anda. Rekening paypal atau alertpay yang sudah verified tentunya… Menurut saya, kalau anda belum punya rekening virtual, mending daftar di alertpay karena verifikasinya lebih mudah walaupun anda nggak punya kartu kredit. Klik aja link ini untuk membuat rekening virtual anda. Untuk tips verifikasi akun alertpay , tunggu artikel saya berikutnya… :) post ini diambil dari: http://raldy00.blogspot.com/2011/04/cara-bermain-di-socint.html


Readmore..

Minggu, 13 November 2011

Askep Leukimia

| Minggu, 13 November 2011 | 0 comments

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukimia adalah suatu pengganasan pada pembuat sel proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi kejaringan tubuh lain. Leokimia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada fabrik pembuatan sel darah yaitu pada sumsum tulang penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan drah sel yang normal. Pada anak yang sering ditemukan ialah leokimia limfosotik akut (LLA). Jenis lain seperti leokimia mirloblastik akut (LMA). Leukimia limfositik kronik (LLK). Leukimia mielositik kronik (LMK). Dri semua itu LLA yang terbanyak. Pada umumnya gejala klinik dari berbagai leokimia hampir sama. Hanya berbeda apakah akut atau kronik. Juga gejala hematologis lain yang bergantung pada morfologis selnya. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas mengenai penyebab, cara mendiagnosis dini, dan patofisiologi, serta asuhan keperawatan pada leukimia. 1.3 Manfaat Manfaat dari pembuatan makalah asuhan keperawatan ini adalah diharapkan dapat diperoleh cara mendiagnosis dan penatalaksanaan yang lebih baik bagi penderita leukimia. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep dasar teori a. Definisi Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukimia juga bias didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietic. Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit. Kliasifikasi: Leukemia akut 1. Leukimia mielositik akut (LMA) merupakan leukemia yang mangenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA merupakan leukemia nonlimfisitik yang paling sering terjadi. 2. Leukimia limfositik akut acute lymphoblastic leukemia (LLA/ALL) merupakan suatu proliferasi ganas dari limfoblast. Leukemia kronis Leukemia kronis dibagi menjadi : 1. Leukemia myeloid → leukemia granulositik kronis/leukemia myeloid kronis (LGK/LMK). Merupakan suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan seri granulosit yang relative matang. LMK merupakan leukemia kronis dengan gejala yang timbul perlahan-lahan dan sel leukimianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. 2. Leukemia limfoid → Leukimia limfositik kronis (LLK) merupakan suatu proliferasi ganas limfoblast. Leukimia yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah Leukemia limfositik akut (LLA). Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ lain. Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996). b. Anatomi fisiologi (googling aja yach banyak kuk ndek google) Struktur leukosit Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening (tidak berwarna). Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu : eosinofil, basofil, dan neutrofil. Fungsi sel darah putih Fungsi dari sel darah putih adalah sebagai berikut. 1. Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES (system retikulo endotel). 2. Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Jenis-jenis sel darah putih Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut. a. Agranulosit Memiliki granula kecil didalam protoplasmanya, memiliki diameter sekitar 10-20 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, genulosit terbagi menjadi tiga kelompok berikut ini. 1. Neutrofil : granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai, banyaknya sekitar 60-70%. 2. Eosinofil : granula berwarna merah dengan pewarna asam, banyaknya kira-kira 24%. 3. Basofil : granula berwarna biru dengan pewarna basa, banyaknya kira kira 0,5% di sumsum merah. Neutrosil, eosinofil, dan basofil berfungsi sebagai fagosit untuk mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel. Selain itu, basofil bekerja senagai sel mast dam mengeluarkan peptide vasoaktif. b. Granulosit Granulosit terdiri atas. 1. Limfosit Limfosit memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfositberkembang dalam jaringan limfe. Bayaknya 20-50% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan Limfosit B. 2. Monosit Ukuranya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Fugsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih. Jumlah sel darah putih Pada orang dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0x109/1 yang terbagi sebagai berikut. Granulosit : • Neutrofil 2,5-7,5x109 • Eosinofil 0,04-0,44x109 • Basofil 0-0,10x109 Limfosit 1,5-3,5x109 Monosit 0,2-0,8x109 c. Etiologi Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui, akan tetapi terdapat faktor yang mempengaruhi antara lain: 1) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri). 2) Faktor endogen seperti ras 3) Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur). Faktor predisposisi: 1) Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV) 2) Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya 3) Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik. 4) Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol 5) Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur 6) Kelainan kromosom Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan. d. Gejala klinis 1. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas. 2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. 3. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan. 4. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma. 5. Penurunan nafsu makan 6. Kelemahan dan kelelahan fisik e. Patofisiologi (PV aja ke gue tar tak kasih aslinya) Proses patofisiologi leukemia akut dimulai dari transformasi ganas sel induk hemetologis atau turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan mengakibatkan hal-hal berikut. 1. Penekanan hematopoiesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure. 2. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali. 3. Katabolisme sel meningkatkan, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik. f. Penatalaksanaan • Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang berkangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang biasa digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride (cerubidine), cytarabine (cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol). fase Pelaksanaan Kemoterapi: 1. Fase Induksi Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%. 2. Fase profilaksis sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat. 3. Konsolidasi Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi. • Pemberian produk darah dan penanganan infeksi dengan segera • Transplantasi sumsum tulang 1.2 Konsep dasar asuhan keperawatan A. Pengkajian 1. Aktifitas - Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas biasa - Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen 2. Sirkulasi - Gejala : Palpitasi - Tanda : Takikardi, murmur jantung, kulit, membrane mukosa pucat, Definisi saraf cranial dan atau tanda perdarahan serebral. 3. Eliminasi - Gejala : Diare, nyeri tekanan perianal, nyeri, darah merah terang pada tissu, feses hitam, darah pada urine, penurunanhalvaran urine. 4. Integritas ego - Gejala : Perasan tak berdaya / tak ada harapan - Tanda : Depresi,menarik diri,asietas,takut,marah,mudah terangsang, perubahan dalam perasaan. 5. Makanan / cairan - Gejala : Kehilangan nafsu makan,anorexia,muntah perubahan rasa atau penyimpangan rasa,penurunan berat badan,farun gitis,disfagia. - Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, spenomegali, hepatomegali, ikterik, stomatitis, ulkus, mulut, hipertrofi gusi ( infiltrasi gusi mengidentifikasikan leokimia monditik akut). 6. Neuro sensori - Gejala : Kurang atau penurunan koordinasi perubahan dalam persaan kacau, disorientasi kurang konsentrasi,pusing,kebas,kesemutan,parestesia. - Tanda : Otot mudah terangsang aktifitas kejang. 7. Nyeri / Kenyamanan - Gejala : Nyeri abdomen,sakit kepala,nyeri tulang / sendi,nyeri tekan sterna, kram otot. - Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi,gelisah,focus pada diri srndiri. 8. Pernafasan - Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal. - Tanda : Dispnea,takipnea,batuk,gemericik,ronki,penurunan bunyi nafas. 9. Keamanan - Gejala : Riwayat infeksi saat ini / dahulu,jatuh,gangguan pengelihatan / kerusakan, pendarahan spontan tak terkontrol dg trauma minimal. - Tanda : Demam,infeksi,kenurahan,purpura,pendarahan nodus limfe.limpa,atau hati (sehubungan dg invasi jaringan) papilidema, dan eksfoltalmus. Linfiltrat leukemik pada dermis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dikaji adalah pemeriksaan per system B1-B6 B1 (Breathing) Anak mudah mengalami kelelahan serta sesak saat beraktifitas ringan. B2 (Bleeding) Penderita ALL mudah mengalami perdarahan spontan yang tidak terkontrol dengan trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, demam, lebam, purpura, perdarahan gusi dan epistaksis. B3 (Brain) Keluhan nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, dada terasa lemas, kram pada otot, meringis, kelemahan, dan hanya berpusat pada diri sendiri. Neurosensori Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, dan kehilangan rasa (baal). Pola kognitif dan persepsi Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran (somnolen), iritabilitas otot dan sering kejang. Pola mekanisme koping dan stress Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahanan tubuh yang sangat rendah. B4 (Bladder) Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal serta hematuria. B5 (Bowel) Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan, serta faringitis. Pola eliminasi Anak kadang mengalami diare, peneganagan pada parineal, nyeri abdomen, serta ditemukan darah segar dan fases berwarna ter, darah urine, serta penurunan urine output. B6 (Bone) Pola tidur dan istirahat Anak memperlihatkan penurunan aktivitas dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur/istirahat karena mudah mengalami kelelahan. Pola latihan Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan koordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang. Aktifitas Lesu, lemah, terasa payah, merasa tidak kuat untuk melakukan aktifitas sehari-hari kontraksi, Otot lemah, klien ingin tidur terus, dan tampak bingung. B. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan DX1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi leukosit ke jaringan sistemik Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan neyri akan berkurang Criteria hasil:  Melaporkan penurunan tingkat nyeri  Menjelaskan bagaimana keletihan dan ketakutan memengaruhi nyeri  Menerima medikasi nyeri sesuai dengan yang diresepkan  Menunjukan penurunan tanda-tanda fisik dan perilaku tentang nyeri  Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik  Mengidentifikasi strategi peredaran nyeri  Menggunakan strategi peredaran nyeri dengan tepat Intervensi Keperawatan: 1. Observasi karakteristik nyeri, lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi. Rasional: Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi. 2. Tenangkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa anda akan membantu klien dalam mengurangi nyeri tersebut. Rasional: Rasa takut bahea nyerinya tidak dianggap nyata dapat meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri. 3. Observasi factor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien. Rasional: Memberikan data tentang factor-factor yang menurunkan kemampuan klien untuk menoleransi nyeri dan meningkatkan tingkat nyeri klien. 4. Berikan analgetik untuk meningkatkan peredaraan nyeri optimal dalam batas resep dokter. Rasional: Analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada siklus nyeri. 5. Pantau respons perilaku klien terhadap nyri dan pengalaman nyeri. Rasional: Memberikan informasi tambahan tentang nyeri klien. 6. Kolaborasi dengan klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain ketika mengubah penatalaksanaan nyeri diperlukan, Rasional: Metode baru pemberian analgetik harus dapat diterima klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain agar dapat efektif, partisipasi klien menurunkan rasa ketidakberdayaan klien. 7. Berikan dukungan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya. Rasional: Memberikan dorongan strategi peredaan nyeri yang dapat diterima klien dan keluarga. 8. Ajarkan klien strategi baru untk meredakan nyeri distraksi, imajinasi, relaksasi, dan stimulasi kutan. Rasional: Meningkatkan jumlah pilihan dan strategi yang tersedia bagi klien. DX2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek toksik obat Tujuan: Mengurangi mual muntah sebelum, selama, dan sesudah pemberian kemoterapi. Criteria hasil:  Melaporkan penurunan mual  Melaporkan penurunan muntah  Mengonsumsi cairan dan makanan yang adekuat  Menunjukkan penggunaan distraksi, relaksasi, dan imajinasi ketika diindikasikan.  Menunjukkan turgor kulit normal dan membrane mukosa yang lembab  Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan Intervensi Keperawatan: 1. Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi klien Rasional: Setiap klien berespons secara berbeda terhadap makanan setelah kemoterapi, makanan kesukaan dapat meredakan mual dan muntah klien 2. Cegah pandangan, bau, dan bunyi-bunyi yang tidak menyenangkan dilingkungan Rasional: Sensasi tidak menyenangkan dapat menstimulasi pusat mual dan muntah 3. Gunakan distraksi, relaksasi, dan imajinasi sebelum dan sesudah kemoterapi Rasional: Menurunkan ansietas yang dapat menunjang mual muntah 4. Berikan antiemetic, sedative, dan kortikosteroid yang diresepkan Rasional: Kombinasi terapi obat berupaya untuk mengurangi mual muntah melalui control berbagai factor pencetus 5. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama, dan sesudah pemberian obat. Kaji intake dan output cairan Rasional: Volume cairan yang adekuat akan mengencerkan kadar obat, mengurangi stimulasi reseptor muntah 6. Berikan dukungan kepada klien agar dapat menjaga personal hygiene dengan baik Rasional: Mengurangi rasa kecap yang tidak menyenangkan. 7. Berikan tindakan pereda nyeri jika diperlukan Rasional: Meningkatkan rasa nyaman akan meningkatkan toleransi fisik terhadap gejala yang dirasakan DX3. Kelemahan berhubungan dengan anemia Tujuan: Setelah dilakukan tindakan terjadi penurunan tingkat keletihan Criteria hasil:  Melaporkan penurunan tingkat keletihan  Meningkatnya keikutsertaan dalam aktivitas secara bertahap  Istirahat ketika mengalami keletihan  Melaporkan dapat tidur lebih baik  Melaporkan energy yang adekuat untuk ikut serta dalam aktivitas  Mengonsumsi diet dengan masukan protein dan kalori yang dianjurkan Intervensi Keperawatan: 1. Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan sesudah latihan fisik Rasional: Selama istirahat, energy dihemat dan tingkat energy diperbarui. Beberapa kali periode istirahat singkat mungkin lebih bermanfaat dibandingkan satu kali periode istirahat yang panjang. 2. Tingkatkan jam tidur total pada malam hari Rasional: Tidur membantu untuk memulihkan tingkat energi 3. Atur kembali jadwal setiap hari dan atur aktifitas untuk menghemat pemakaian energi Rasional: Pengaturan kembali aktifitas dapat mengurangi kehilangan enargi dan mengurangi stressor 4. Berikan masukan protein dan kalori yang adekuat Rasional: Penipisan kalori dan protein menurunkan toleransi aktivitas 5. Berikan dorongan untuk teknik relaksasi dan imajinasi Rasional: Peningkatan relaksasi dan istirahat psikologis dapat menurunkan keletihan fisik 6. Kolaborasi pemberian produk darah sesuai yang diresepkan Rasional: Penurunan hemoglobin akan mencetuskan klien pada keletihan akibat penurunan ketersediaan oksigen DX4. Gangguan integritas kulit: alopesia berhubungan dengan efek toksik kemoterapi Tujuan: Maka gangguan intergitas kulit tidak terjadi Criteria Evaluasi:  Mengidentifikasi alopesia sebagai potensial efek samping dan pengobatan  Mengidentifikasi perasan negative dan positif serta ancaman terhadap citra diri  Mengungkapkan mengenai adanya kemungkinan kerontokan rambut yang dimiliki  Menyebutkan rasional untuk modifikasi dalam perawatan rambut dan pengobatan  Melakukan langkah-lankah untuk mengatasi kemungkinan kerontokan rambut Intervensi Keperawatan: 1. Diskusikan potensial kerontokan rambut dan pertumbuhan kembali bersama klien dan keluarga Rasional : Memberikan informasi, sehingga klien dan keluarganya dapat mulai untuk bersiap diri secara kognitif dan emosional terhadap kerontokan 2. Cegah atau minimalkan dampak kerontokan rambut melalui langkah-langkah berikut ini :  Potong rambut yang panjang sebelum pengobatan  Hindari pemakaian sampo yang berlebihan  Menggunakan sampo ringan dan kondisioner  Hindari penggunaan pengeriting listrik, pemanas, pengering rambut, dan penjepit  Hindari menyisir berlebihan, gunakan sisir yang bergerigi lebar Rasoinal: Meminimalkan kerontokan rmbut akibat beban berat dan tarikan pada rambut 3. Cegah trauma kulit pada kepala Rasional: Membantu dalam mempertahankan pertumbuhan rambut 4. Srankan cara untuk membantu dalam mengatasi kerontokan rambut seperti memakai wig atau mengenakan topi Rasional: Menyamarkan kerontokan rambut 5. Jelaskan bahwa pertumbuhan rambut biasanya mulai kembali ketika pengobatan telah selesai Rasional: Menenangkan klien bahwa kerontokan rambut biasanya bersifat sementara DX5. Risiko tinggi infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh sekunder (gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, penekanan sumsum tulang) Tujuan: klien bebas dari infeksi Kriteria hasil:  Keadaan temperatur normal  Hasil kultur negatif  Peningkatan penyembuhan Intervensi: a. Tempatkan pada ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung c. Awasi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi, perubahan mentak samar. d. Cegah menggigil: tingkatkan cairan, berikan kompres e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk f. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronchi; inspeksi sekresi terhadap perubahan karakteristik, contoh peningkatan sputum atau sputum kental. g. Inspeksi kulit untuk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Bersihkan kulit dengan larutan antibakterial. h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi halus. i. Tingkatkan kebersihan perianal j. Diet tinggi protein dan cairan k. Hindari prosedur invasiv (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin l. Kolaborasi - Awasi pemeriksaan lab. Misal: hitung darah lengkap, apakah SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur gram/sensitivitas. Kaji ulang seri foto dada, berikan obat sesuai indikasi, hindari antipiretik yang mengandung aspirin, berikan diet rendah bakteri, misal makanan dimasak. DX6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum Tujuan: klien mampu menoleransi aktivitas Kriteria hasil:  Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur  Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan  Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi, pernafasan, dan TD dalam batas normal Intervensi: a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan. b. Implementasikan teknik penghematan energi. Contoh: lebih baik duduk daripada berdiri. c. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Jaga kebersihan mulut. Berikan antiemetik sesuai indikasi. d. Kolaborasi: berikan oksigen tambahan. DX7. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan penampilan dalam fungsi dan peran Tujuan: Maka citra tubuh dan harga diri klien dapat diperbaiki Criteria hasil:  Mengidentifikasi hal-hal yang penting  Mengambil peran aktif dalam aktifitas  Mempertahankan peran sebelumnya dalam pembuatan keputusan - Mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap kehilangan - Ikut serta dalam aktivitas perawatan diri Intervensi Keperawatan: 1. Kaji perasaan klien tentang gambaran dan tingkat harga diri Rasional: Setiap klien berespons secara berbeda terhadap makanan kesukaan dapat meredakan mual muntah klien 2. Berikan motivasi untuk keikutsertaan yang kontinu dalam aktivitas dan pembuatan keputusan Rasional: Memberikan motivasi memungkinkan control kontinu terhadap kejadian dan diri klien 3. Berikan dukungan pada klien untuk mengungkapkan kekhawatirannya Rasional: Mengidebtifikasi kekhawatiran merupakan satu tahapan penting dalam mengawasinya 4. Bantu klien dalam perawatan diri ketika keletihan Rasional: Kesejahteraan fisik meningkatkan harga diri C. Implementasi 1. Mengobservasi karakteristik nyeri, lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi. 2. Menenangkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa anda akan membantu klien dalam mengurangi nyeri tersebut. 3. Mengobservasi factor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien. 4. Memberikan analgetik untuk meningkatkan peredaraan nyeri optimal dalam batas resep dokter. 5. Memantau respons perilaku klien terhadap nyri dan pengalaman nyeri. 6. Berkolaborasi dengan klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain ketika mengubah penatalaksanaan nyeri diperlukan, 7. Memberikan dukungan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya. 8. Mengajarkan klien strategi baru untk meredakan nyeri distraksi, imajinasi, relaksasi, dan stimulasi kutan. D. Evaluasi Masalah dikatakan teratasi bila:  Klien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri  Menjelaskan bagaimana keletihan dan ketakutan memengaruhi nyeri  Menerima medikasi nyeri sesuai dengan yang diresepkan  Menunjukan penurunan tanda-tanda fisik dan perilaku tentang nyeri  Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik  Mengidentifikasi strategi peredaran nyeri  Menggunakan strategi peredaran nyeri dengan tepat BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan dan saran Leokimia adalah suatu pengganasan pada pembuat sel proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi kejaringan tubuh lain. Leokimia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada fabrik pembuatan sel darah yaitu pada sumsum tulang penyakit ini sering disebut kanker darah. Pada anak yang sering ditemukan ialah leokimia limfosotik akut (LLA). Pada umumnya gejala klinik dari berbagai leokimia hampir sama. Hanya berbeda apakah akut atau kronik. Juga gejala hematologis lain yang bergantung pada morfologis selnya. DAFTAR PUSTAKA Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Readmore..

Sabtu, 17 September 2011

WSD (Water Seal Drainage)

| Sabtu, 17 September 2011 | 0 comments

WSD ( Water Seal Drainage ) Pengertian : Merupakan tindakan invasif yang dialakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung. Indikasi dan tujuan pemasangan WSD 1. Indikasi :  Pneumotoraks, hemotoraks, empyema  Bedah paru : - karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga pleura - reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC - lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC 2. Tujuan pemasangan WSD  Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura  Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura  Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat menyebabkan pneumotoraks  Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura. Prinsip kerja WSD 1. Gravitasi : Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah. 2. Tekanan positif : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ). Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit ( + 761 mmHg ) 3. Suction Jenis WSD 1. Satu botol Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol. Keuntungannya adalah : - Penyusunannya sederhana - Mudah untuk pasien yang berjalan Kerugiannya adalah : - Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan - Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol - Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase 2. Dua botol Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara. Keuntungan : - Mempertahankan water seal pada tingkat konstan - Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik Kerugian : - Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam area pleura. - Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol. - Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara. 3. Tiga botol Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke sistem dua botol. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding yang menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang dada. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga harus cukup unutk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit pasien. Untuk memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi siklus pernafasan, penghisap harus dilepaskan saat itu juga. Keuntungan : - sistem paling aman untuk mengatur pengisapan. Kerugian : - Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan. - Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi 4. Unit drainage sekali pakai  Pompa penghisap Pleural Emerson Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti penghisap di dinding. Pompa Penghisap Emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol. Keuntungan : - Plastik dan tidak mudah pecah Kerugian : - Mahal - Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.  Fluther valve Keuntungan : - Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik - Kurang satu ruang untuk mengisi - Tidak ada masalah dengan penguapan air - Penurunan kadar kebisingan Kerugian : - Mahal - Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.  Calibrated spring mechanism Keuntungan : - Idem - Mampu mengatasi volume yang besar Kerugian - Mahal Tempat pemasangan WSD 1. Bagian apeks paru ( apikal ) 2. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal 3. Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan ( darah, pus ). Persiapan pemasangan WSD  Perawatan pra bedah 1. Menentukan pengetahuan pasien mengenai prosedur. 2. Menerangkan tindakan-tindakan pasca bedah termasuk letak incisi, oksigen dan pipa dada, posisi tubuh pada saat tindakan dan selama terpasangnya WSD, posisi jangan sampai selang tertarik oleh pasien dengan catatan jangan sampai rata/ miring yang akan mempengaruhi tekanan. 3. Memberikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya atau mengemukakan keprihatinannya mengenai diagnosa dan hasil pembedahan. 4. Mengajari pasien bagaimana cara batuk dan menerangkan batuk serta pernafasan dalam yang rutin pasca bedah. 5. Mengajari pasien latihan lengan dan menerangkan hasil yang diharapkan pada pasca bedah setelah melakukan latihan lengan.  Persiapan alat 1. Sistem drainase tertutup 2. Motor suction 3. Selang penghubung steril 4. Cairan steril : NaCl, Aquades 5. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter 6. Kassa steril 7. Pisau jaringan 8. Trocart 9. Benang catgut dan jarumnya 10. Sarung tangan 11. Duk bolong 12. Spuit 10 cc dan 50 cc 13. Obat anestesi : lidocain, xylocain 14. Masker  Perawatan pasca bedah Perawatan setelah prosedur pemasangan WSD antara lain : 1. Perhatikan undulasi pada selang WSD 2. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan, nadi, setiap 15 menit pada 1 jam pertama 3. Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi 4. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan memperhatikan jangan sampai selang terlipat 5. Anjurkan pasien untuk memegang selang apabila akan mengubah posisi 6. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu 7. Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila sudah penuh, catat jumlah cairan yang dibuang 8. Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran 9. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, cynosis, empisema. 10. Anjurkan pasiuen untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk yang efektif 11. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting karena beberapa kondisi dapat terjadi antara lain : 1. Motor suction tidak jalan 2. Selang tersumbat atau terlipat 3. Paru-paru telah mengembang Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem drainase, amati tanda-tanda kesulitan bernafas. Cara mengganti botol WSD 1. Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan. 2. Selang WSD diklem dulu 3. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem 4. Amati undulasi dalam selang WSD. Indikasi pengangkatan WSD 1. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan : - Tidak ada undulasi - Tidak ada cairan yang keluar - Tidak ada gelembung udara yang keluar - Tidak ada kesulitan bernafas - Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara 2. Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada selang. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN WSD 1. Pengkajian a. Sirkulasi - Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia ) - Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder - Hipertensi / hipotensi b. Nyeri Subyektif : - Nyeri dada sebelah - Serangan sering tiba-tiba - Nyeri bertambah saat bernafas dalam - Nyeri menyebar ke dada, badan dan perut Obyektif - Wajah meringis - Perubahan tingkah laku c. Respirasi Subyektif : - Riwayat sehabis pembedahan dada, trauma - Riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru. - Kesulitan bernafas - Batuk Obyektif : - Takipnoe - Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal. - Fremitus fokal - Perkusi dada : hipersonor - Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris - Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan d. Rasa aman - Riwayat fraktur / trauma dada - Kanker paru, riwayat radiasi / khemotherapi e. Pengetahuan - Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti TB, Ca. - Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, perawatan. 2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan Dx.1. Tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan : - Penurunan ekspansi paru - Penumpukan sekret / mukus - Kecemasan - Proses peradangan Ditandai dengan : - Dyspnoe, takipnoe - Nafas dalam - Menggunakan otot tambahan - Sianosis, arteri blood gas abnormal ( ABGs ) Kriteria evaluasi - Pernafasan normal / pola nafas efektif dengan tidak adanya sianosis, gejala hipoksia dan pemeriksaan ABGs normal. Intervensi keperawatan dan rasionalisasi Independen a. Identifikasi faktor presipitasi, misal : - Kolaps spontan, trauma keganasan, infeksi komplikasi dari mekanik pernafasan Memahami penyebab dari kolaps paru sangat penting untuk mempersiapkan WSD pada ( hemo/pneumotoraks ) dan menentukan untk terapi lainnya. b. Evaluasi fungsi respirasi, catat naik turunnya/pergerakan dada, dispnoe, kaji kebutuhan O2, terjadinya sianosis dan perubahan vital signs. Tanda-tanda kegagalan nafas dan perubahan vital signs merupakan indikasi terjadinya syok karena hipoksia, stress dan nyeri. c. Auskultasi bunyi pernafasan - Kemungkinan akibat dari berkurangnya atau tidak berfungsinya lobus, segmen, dan salah satu dari paru-paru - Pada daerah atelektasis suara pernafasan tidak terdengar tetapi bila hanya sebagian yang kolaps suara pernafasan tidak terdengar dengan jelas. - Hal tersebut dapat menentukan fungsi paru yang baik dan ada tidaknya atelektasis paru. d. Catat pergerakan dada dan posisi trakea Pergerakan dada yang terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi tidak sama dan posisi trakea akan bergeser akibat adanya tekanan peumotoraks. e. Kaji fremitus Suara dan fibrasi fremitus dapat membedakan antara daerah yang terisi cairan dan adanya pemadatan jaringan f. Bantu pasien dengan menekan pada daerah yang nyeri sewaktu batuk dan nafas dalam Dengan penekanan akan membantu otot dada dan perut sehingga dapat batuk efektif dan mengurangi trauma g. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala lebih tinggi dari kaki - Miringkan dengan arah yang sesuai dengan posisi cairan / udara yang ada di dalam rongga pleura - Bantu untuk mobilisasi sesuai dengan kemampuannya secara bertahap dan beri penguatan setiap kali pasien mampu melaksanakannya. Mendukung untuk inspirasi maksimal, memperluas ekspirasi paru-paru dan ventilasi. h. Bantu pasien untuk mengatasi kecemasan /ketakutan dengan mempertahankan sikap tenang, membantu pasien untk mengontrol dengan nafas dalam. Kecemasan disebabkan karena adanya kesulitan dalam pernafasan dan efek psikologi dari hipoksia. Bila WSD terpasang  Cek ruang kontrol suction untuk jumlah cairan yang keluar dengan tepat ( untuk batas air dinding regulator terpasang dengan benar ). Mempertahankan tekanan negatif intra pleural dengan mempertahankan ekspansi paru secara optimal atau dari drainage cairan.  Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan pada batas yang telah ditetapkan. Cairan dalam botol WSD untuk mencegah terjadi tekanan udara dalam rongga pleura pada waktu suction tidak digunakan dan sebagai alat untuk evaluasi apakah sistem drainage berfungsi atau tidak.  Observasi gelembung udara pada botol WSD - Gelembung udara merupakan udara yang keluar akibat adanya reflek ekspansi pada pneumotoraks. Gelmbung udara biasanya terjadi sebagai akibat dari penurunan pengembangan paru atau terjadi selama ekspansi atau batuk pada fungsi rongga pleura menurun. - Tidak ditemukannya gelembung udara berarti ekspansi paru normal atau terjadi hambatan seperti obstruksi pada selang.  Evaluasi gelembung udara yang terjadi. Dengan suction yang terpasang dapat mengidikasikan adanya kebocoran udarayang menetap mungkin dari pneumotoraks yang luas, luka insersi dari selang atau dari sistem WSD.  Tentukan lokasi kebocoran pada pasien atau WSD ( dengan memasang klem pada selang kateter toraks distal ) dengan sedikit ditarik keluar. Apakah bubbling terhenti ketika kateter di klem, maka kebocoran terjadi pada klien.  Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD Rongga WSD menunjukkan adanya tekanan intra pleura dimana terjadi perbedaan tekanan pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Perbedaan tersebut normal 2 – 6 cm.  Monitor untuk undulasi abnormal dan catat apabila ada perubahan yang menetap atau sementara. Peningkatan fluktuasi tidak terjadi pada saat batuk. Bila terjadi obstruksi menunjukkan adanya pneumotoraks yang luas sehingga peningkatan tersebut akan berlangsung secara terus menerus.  Atur posisi sistem drainage agar berfungsi seoptimal mungkin, misalnya sisakan panjang selang pada tempat tidur, yakinkan bahwa selang itu tidak kaku dan menggantung di atas WSD, keluarkan akumulasi cairan bila perlu. Bila posisi tidak baik, menekuk atau adanya akumulasi cairan akan mengakibatkan tekanan berkurang pada wSD dan mengurangi pengeluaran udara dan cairan berkurang.  Evaluasi apakah perlu tube tersebut dilakukan pengurutan Menarik / menekan diperlukan untuk mengeluarkan gumpalan darah / eksudat drainage.  Tekan selang dengan hati-hati pada setiap kali melakukannya, jangan sampai mempengaruhi tekanan yang ada. Penarikan biasanya dirasakan kurang nyaman oleh pasien sebab akan mempengaruhi tekanan intra toraks yang menyebabkan batuk dan nyeri dada. Penarikan yang salah dapat menimbulkan trauma /injury misalnya; invaginasi jaringan, kolaps jaringan di sekitar kateter atau perdarahan dari dinding kapiler. Bila WSD tidak terpasang  Perhatikan adanya tanda-tanda respirasi distress kemudian hubungkan toraks kateter dengan selang suction. Perhatikan tehnik aseptik. Apabila kateter tercabut, tutup luka insersi dengan dressing dengan sedikit tekanan dan segera lapor ke dokter. Dapat terjadi pneumotoraks Setelah selang dilepas  Observasi tanda dan gejala bila kemungkinan terjadi kembali pneumotoraks seperti nafas pendek, mengeluh nyeri. Tutup luka dengan dressing steril, observasi keadaan luka. Deteksi dini dari adanya komplikasi sangat penting, misalnya pneumotoraks kembali / infeksi. Kolaborasi  Lakukan fototoraks ulang Untuk memonitor terjadinya hemo/pneumotoraks dan pengembangan paru.  Periksa ulang analisa gas darah, tekana O2 dan tidal volume. Mengetahui pertukaran gas dan ventilasi untuk menentukan therapi selanjutnya.  Perhatikan apabila membutuhkan penambahan O2 Merupakan alat bantu pernafasan, mencegah terjadinya respiratory distress syndrom dan sianosis akibat hipoksemia. Dx 2. Injuri, potensial terjadi trauma / hypoksia sehubungan dengan ; pemasangan alat WSD, kurangnya pengetahuan tentang WSD ( prosedur dan perawatan ) Kriteria evaluasi : - mengenal tanda-tanda komplikasi - pencegahan lingkungan / bahaya fisik lingkungan Intervensi perawatan dan rasionalisasi Independen a. Review dengan pasien akan tujuan / fungsi drainege, catat/ perhatikan tujuan yang penting dalam penyelamatan jiwa Informasi tentang kerja WSD akan mengurangi kecemasan b. Fiksasi kateter thoraks pada didnding dada dan sisakan panjang kateter agar pasien dapat bergerak atau tidak terganggu pergerakannya. Mencegah lepasnya kateter dan mengurangi nyeri akibat terpasangnya kateter dada Perhatikan bahwa sambungan selang kateter dengan WSD aman Mencegah lepasnya sambungan selang Lapisi dengan kasa pada insersis kateter Mencegah iritasi kulit c. Usahakan WSD berfungsi dengan baik dan aman dengan meletakkannya ebih rendah dari bed pasien di lantai atau troli. Mempertahankan posisi gaya gravitasi dan mengurangi resko kerusakan ataupun pecahnya unit WSD d. Lengkapi dengan alat transportasi yang aman bila dibawa ke lain unit untuk pemeriksaan diagnostik - Sebelum berangkat cek WSD, batas cairan, ada tidaknya gelembung, undulasi ( derajat dan waktunya ) - Yakinkan chest tube dapat di klem atau dilipat dari suction / WSD Mempertahankan berlangsungnya pengeluaran cairan / udara secara optimal selama transportasi bila pengeluaran cairan dari rongga dada banyak kateter jangan di klem, suction jangan dicabut sebab dapat mengakibatkan adanya akumulasi cairan / udara sehingga timbul gangguan respirasi. e. Monitor insersi kateter pada dinding dada, perhatikan keadaan kulit di sekitar kateter drainage. Ganti dressing dengan kassa steril setiap kali diperlukan. Untuk mengetahui keadaan kulit seperti infeksi, erosi jaringan sedini mungkin f. Anjurkan pasien untuk tidak menekan atau membebaskan selang dari tekanan, misalnya tertindih tubuh. Mengurangi resiko obstruksi drain atau lepasnya sambungan selang. g. Kaji perubahan yang terjadi, catat ; beri tindakan perawatan jika : - perubahan suara bubling - kebutuhan O2 yang tiba-tiba - nyeri dada - lepasnya selang Intervensi yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi h. Observasi adanya tanda-tanda respirasi distress bila kateter thoraks tercabut. Pneumothoraks dapat terjadi sehingga timbul gangguan fungsi pernafasan yang memerlukan tindakan emergency Dx 3. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi Kriteria evaluasi : - Menyebutkan penyebab penyakit - Dapat mengidentifikasi tanda / gejala untuk perawatan / pengobatan lebih lanjut - Mengikuti program therapi dan menunjukkan adanya perubahan pola hidup untuk mencegah timbulnya / kambuhnya penyakit. Intervensi keperawatan dan rasionalisasi Independen a. Review patologi penyakit dengan klien Informasi dapat menurunkan kecemasan / ketakutan akibat ketidak tahuan. Pengetahuan mendasari pemahaman akan keadaan adan pentingnya intervensi therapiutik. b. Identifikasi adanya kekambuhan penyakit / komplikasi Penyakit paru COPD + malignant merupakan penyebab terjadinya kekambuhan penyakit. Pada klien sehat tapi menderita spontaneus pneumotoraks kekambuhan berkisar 10 – 15%, yang sudah kambuh dua kali resiko untuk menderita kembali sekitar 60%. c. Review tanda dan gejala yang perlu tindakan medis segera; nyeri dada tiba-tiba, dispnoe, distress respiratory. Kambuhnya pneumo/hemothoraks memerlukan tindakan medis untuk mencegah/mengurangi terjadinya komplikasi d. Review pentingnya pola hidup sehat ; nutrisi adekuat, istirahat, latihan. Mempertahankan kesehatan secara umum dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Readmore..

Rabu, 07 September 2011

asuhan keperawatan ISPA

| Rabu, 07 September 2011 | 0 comments

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Untuk mengurangi terjadinya ISPA pada anak dan balita maka dilakukan deteksi dini oleh masyarakat atau kader dengan cirri balita dan anak dalam keadaan batuk, sukar bernafas, segera dibawa ke puskesmas atau UPK terdekat untuk mendapatkan pengobatan. Tujuan Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien ISPA Tujuan Khusus Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai : Pengkajian klien ISPA Diagnosa yang mungkin timbul pada klien ISPA Intervensi yang akan dilaksanakan pada klien ISPA Pelaksaan tindakankeperawatan pada klien ISPA Evaluasi keperawatan klien ISPA Manfaat • Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita ISPA agar lebih menjaga kesehatannya • Sebagai tambahan membuat asuhan keperawatan • Sebagai sumber informasi bagi para pembaca BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR TEORI 1. PENGERTIAN Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Penyebaran Penyakit Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu: • Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk- batuk • Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk batuk dan bersin • Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad renik. Tingkat Penyakit ISPA 1. Ringan Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair. 2. Sedang Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan (adentis servikal). 3. Berat Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis. 4. Sangat Berat Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum. Faktor Risiko Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA: 1. Usia Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2. Status Imunisasi Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap. 3. Lingkungan Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak. Klasifikasi Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut : • ISPA atas : Rinitis, faringitis,otitis • ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia. 2. ANATOMI FISIOLOGI PERNAFASAN

Sistem Pernapasan Atas Hidung Udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan di hidung Faring Merupakan saluran yang terbagi 2, untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman yang masuk bersama udara. Laring Sering disebut jakun, berperan dalam menghasilkan suara dan berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk Sistem Pernapasan Bawah Trakea Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilgo yang menghubungkan laring dengan bronkus utama kiri dan kanan. Keseluruhan jalan napas membentuk pohon bonkus Lung Terletak di sebelah kiri dan kanan yang masing-masing terdiri dari beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastis. 3. ETIOLOGI 1. Virus Utama : • ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus • ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus 1. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus 2. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia. 4. PATOFISIOLOGI Virus aspirasi bakteri berulang Saluran nafas atas peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru Virus terdorong oleh silia di Permukaan saluran nafas terjadi konsolidasi dan pengisian rongga alveoli oleh eksudat tangkapan reflex Spasmus oleh laring 1. Edema Penurunan Reaksi sistemis,bakte Trakea/fa jaringan efektif remia,anorksia,mual,de ringeal paru & kerusa mam, kelemahan Epitel dan lapisan mukosa saluran kan Pernapasan rusak jika tangkapan 2. Peningkatan kan membrane al Peningkatan laju metab Gagal produksi veolar-kapiler Intake nutrisi g adekuat Sekresi Kecemasan Sesak nafas,penggu Tubuh makn kurus Sesak nafas,pe Pemenuhan informasi Nggunaan otot Aktivitas kelenjar mucus naik bantu Perub. pemenuhan gizi Pernafasan,pola na Gangguan pemenuhan fas tidak efektif istirahat tidur Produksi mukosa berlebih 1. Batuk pro Gangguan pemenuhan duktif ADL Penyumbatan saluran nafas 2. Sesak nafas Gangguan pertuka Kecemasan 3. penurunan ran gas Hypertermi kemampuan Batuk malnutrisi sesak nafas hypertermi batuk efektif produktif batuk gangguan peme demam b.d nuhan nutrisi proes infeksi ketidakefektifan bersihan jalan nafas ketidakefek tifan bersihan jalan nafas 5. MANIFESTASI KLINIS - Pilek biasa - Keluar sekret cair dan jernih dari hidung - Kadang bersin-bersin - Sakit tenggorokan - Batuk - Sakit kepala - Sekret menjadi kental - Demam - Nausea - Muntah - Anoreksia 7. PENATALAKSANAAN 1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll. 2. Antibiotik : - Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab - Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus - Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin. - Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll. Pencegahan Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain: 1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi. 2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik. 3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih. 4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Riwayat kesehatan: - Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan) - Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa) - Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang) - Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien) - Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien) Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan a. Inspeksi - Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan - Tonsil tampak kemerahan dan edema - Tampak batuk tidak produktif - Tidak ada jaringan parut pada leher - Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung. b. Palpasi - Adanya demam - Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis - Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid c. Perkusi - Suara paru normal (resonance) d. Auskultasi - Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi secret Tujuan : Pasien tidak sesak lagi Kriteria Hasil: Jalan nafas kembali efektif Intervensi: a. Observasi TTV b. Berikan posisi semi fowler c. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif d. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan Rasional : a. Untuk mengetahui perkembangan klien dan menentukan pengobatan b. Untuk mengurangi sesak c. Agar dapat meneluarkan secret yang menyumbat jalan nafas d. Untuk meringankan sesak 2) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak merasakan demam Kriteria Hasil : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C Intervensi: a. Observasi tanda-tanda vital (suhu) b. Beri klien kompres pada kepala/aksila c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun. d. Kolaborasi dengan dokter: - Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial - Antipiretika Rasional: a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan dan perawatan selanjutnya b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara. c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat. g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas 3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia Tujuan: Setelah dilakukan indakan keperawatan, kebutuhan nutrisi klien terpenihi Kriteria Hasil: - Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal. - Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan - Tidak menunjukkan tanda malnutrisi Intervensi: a. Pantau kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari. b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat. c. Berikan penjelasan mengenai pola diet yang baik d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien. ` Rasional: a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total c. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal. d. Untuk mengetahui jenis diet yang baik diberikan untuk pasien 4) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatn klien tidaka merasakan nyeri Kriteria Hasil: Nyeri berkurang sampai tidak merasakan nyeri Intervensi: a. Observasi skala nyeri b. Berikan posisi nyaman pada pasien c. Ajarkan teknik relaksasi d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik) Rasionalisasi: a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan. b. Dapat mengurangi rasa nyeri c. Dapat meringankan rasa nyeri d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri. IMPLEMENTASI Diagnosa 1 : 1. Mengukur suhu tubuh, tekanan darah dan nadi 2. Menempatkan posisi pasien pada dengan setengah duduk 3. Memberi contoh pasien untuk dapat mengambil nafas secara dalam dan mengeluaran ecara pelan melalu mulut 4. Memberikan obat sesuai dengan petunjuk dokter dan tepat waktu Diagnosa 2 : 1. Mengukur suhu tubuh, tekanan darah, dan nadi pasien 2. Mengompres kepala / aksila pasien dengan menggunakan air dingin 3. Memberikan penjelasan kepada klien tentang manfaat menggunakan pakaian berbahan tipis 4.Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu Diagnosa 3: 1. Memantau jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh klien 2. Memberikan snack atau makanan hangat yang disukai klien 3. Untuk menjaga pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam tubuh 4. Pemberian obat inhalator Diagnosa 4: 1. Menanyakan apakah masih merasa nyeri atau tidak 2. Memberikan posisi miring kanan atau kiri 3. Mengajarkan pada klien cara menarik nafas dalam dari hidung dan mengeluarkan secara pelahan dari mulut 4. Memberikan obat sesuai anjuran dokter dan tepat waktu EVALUASI Pasien tidak mengalami sesak karena sumbatan jalan nafas, tidak demam,tidak merasakan nyeri saat bernafas, dan kebutuhan nutriisi pasien terpenuhi dengan baik. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan. Saran Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi. DAFTAR PUSTAKA Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980. Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980. ____________Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak. Surabaya. 1987. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992. ____________Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1991

Readmore..

Minggu, 29 Mei 2011

Askep Invaginasi

| Minggu, 29 Mei 2011 | 0 comments

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Intususepsi adalah keadaan yang umumnya terjadi pada anak-anak, dan merupakan kejadian yang jarang terjadi pada dewasa, intususepsi adalah masuknya segmen usus proksimal (kearah oral) kerongga lumen usus yang lebih distal (kearah anal) sehingga menimbulkan gejala obstruksi berlanjut strangulasi usus Definisi lain Invaginasi atau intususcepti yaitu masuknya segmen usus (Intesusceptum) ke dalam segment usus di dekatnya (intususcipient
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan jarang pada orang dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat ideopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2 – 12 bulan dan sering ditemukan pada anak laki-laki.
Invaginasi terjadi karena adanya sesuatu di usus yang menyebabkan peristaltik berlebihan, biasanya terjadi pada anak-anak tetapi dapat juga terjadi pada dewasa. Pada anak-anak 95% penyebabnya tidak diketahui, hanya 5% yang mempunyai kelainan pada ususnya sebagai penyebabnya. Misalnya diiverticulum Meckeli, Polyp, Hemangioma (Schrock, 88). Sedangkan invaginasi pada dewasa terutama adanya tumor yang menyebabkannya (Dunphy 80). Perbandingan
Kejadian antara pria dan wanita adalah : 3 : 2 (Swenson,90), pada orang tua sangat jarang dijumpai (Ellis ,90).Invaginasi atau intususepsi merupakan keadaan gawat darurat, dimana bila tidak ditangani segera dan tepat akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
Mengingat invaginasi sangat berbahaya bagi anak-anak maka diperlukan tindakan unuk menangani kasus ini salah satunya adalah dengan operasi. Selain itu,dalam memberikan perawatan kepada bayi atau anak dengan gangguan saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu intususepsi harus diperhatikan ancaman yang dapat muncul selain rasa nyeri yaitu resiko terjadinya syok yang dapat menyebabkan kematian. Sehingga tenaga kesehatan harus benar – benar memperhatikan tanda – tanda yang mengarah ke arah syok.
2. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien invaginasi
Tujuan Khusus
Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai :
Pengkajian klien invaginasi
Diagnosa yang mungkin timbul pada klien invagnasi
Intervensi yang akan dilaksanakan pada klien invaginasi
Pelaksaan tindakankeperawatan pada klien invaginasi
Evaluasi keperawatan klien invaginasi
3. Manfaat
• Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita invaginasi agar lebih menjaga kesehatannya
• Sebagai tambahan membuat asuhan keperawatan
• Sebagai sumber informasi bagi para pembaca


BAB II
TINJAUAN TEORI
1.KONSEP DASAR TEORI
Definisi
Intususepsi adalah invaginasi atau masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus (umumnya invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens). (Nettina, 2002)
Suatu intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal. (Nelson, 1999)

Anatomi Fisiologi


Fungsi
Usus buntu
Merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus.
Usus besar
Menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja.
Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat.
Usus besar terdiri dari:
- kolon asendens (kanan)
- kolon transversum
- kolon desendens (kiri)
- kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum ).
Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.
Etiologi
Penyebab intusepsi ini belum diketahui pasti. Namun diduga adanya infeksi virus pernafasan atas, perisaltik yang meningkat, polip pada intestinum, trauma tumpul pada abdominal.
Manifestasi klinik
Keadaan umum bayi baik
Nyeri perut hebat secara tiba-tiba
Muntah
Keluarnya darah beserta lendir per rectum
Palpasi abdomen menunjukka adanya massa yang berbentuk menyerupai pisang (silindris)

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : leukosit meningkat, crp meningkat
2. Axr : mencari usus kecil yang dilatasi dan tidak ada gas pada daerah caecum
3. Enema barium/udara/kontras larut air : diagnostic dan kuratif pada 75% anak
4. Foto rontgen abdomen

Komplikasi
peritonitis
intususepsi lama bias menyebabkan syok
perforasi usus
kerusakan / kematian jaringan
infeksi rongga perut, hingga menyebabkan kematian

Penatalaksanaan
Penurunan dari intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara atau barium ke dalam kolon. Metode ini tidak sering dikerjakan selama terdapat suatu resiko perforasi, walaupun demikian kecil, dan tidak terdapat jaminan dari penurunan yang berhasil.
Reduksi bedah :
Perawatan prabedah:
Rutin
Tuba naso gastrik
Koreksi dehidrasi (jika ada)
Reduksi intususepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema.
Plasma intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.
Jika intususepsi tidak dapat direduksi, maka diperlukan reseksi dan anastomosis primer.
Penatalaksanaan pasca bedah:
Rutin
Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil
Pemberian oksigen
Dilanjutkannya cairan intravena
Antibiotika
Jika dilanjutkannya suatu ileostomi, drainase penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan.
Observasi fungsi vital

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian fisik secara umum
Riwayat kesehatan
Observasi pola feses dan tingkah laku sebelum dan sesudah operasi
Observasi tingkah laku anak/bayi
Observasi manifestasi terjadi intususepsi:
Nyeri abdomen paroksismal
Anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada
Anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara episode nyeri
Muntah
Letargi
Feses seperti jeli kismis mengandung darah dan mucus, tes hemocculi positif.
Feses tidak ada meningkat
Distensi abdomen dan nyeri tekan
Massa terpalpasi yang seperti sosis di abdomen
Anus yang terlihat tidak biasa, dapat tampak seperti prolaps rectal.
Dehidrasi dan demam sampai kenaikan 410c
Keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat banyak
Observasi manifestasi intususepsi yang kronis
Diare
Anoreksia
Kehilangan berat badan
Kadang – kadang muntah
Nyeri yang periodic
Nyeri tanpa gejala lain
Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram

Diagnosa keperawatan
Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.
Syok hipolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.
Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi

1. Nyeri b.d invaginasi usus.
Tujuan:
Berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi yang dirasakan anak.
Kriteria hasil:
Anak menunjukkan tanda – tanda tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan yang minimum.
Intervensi
A Kaji tingkat nyeri
R/ Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri yang dirasakan dan mengetahui pemberian terapi sesuai indikasi.
B Berikan posisi senyaman mungkin
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan kenyamanan.
c. Berikan lingkungan yang nyaman
R/ Untuk mendukung tindakan yang telah diberikan guna mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik sesuai indikasi ( Profenid 3x1 supp ).
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri
Implementasi
1. Memberikan He pada keluarga klien
2.Memberikan relaksasi pada klien
3. Memberikan healt education pada orang tua seputar infaginasi dan fungsi pengobatan invaginasi
4. Memberikan analgeik sesuai dengan instruksi dokter dan tepat waktu

2. Syok hipovolemik b.d muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen
Tujuan:
Volume sirkulasi (keseimbangan cairan dan elektrolit) dapat dipertahankan.
Kriteria hasil:
Tanda – tanda syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi
a.Monitor keadaan umum
R/ Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.
b. Observasi tanda-tanda vital
R/ Merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c. Menyarankan agar klien minum banyak
R/ Untuk menggantikan cairan yang keluar
d. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
R/.Untuk memenuhi keseimbangan cairan
Implementasi
Pantau kondisi pasien setiap waktu
Memantau atau memberikan cairan infuse
Memantau nadi,pernafasan dan tekanan darah klien
Menyarankan klien untuk minum air putih 8 gelas psehari


3. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan gangguan pola eliminasi tidak terjadi
Kriteria hasil:
Pola eliminasi BAB normal
Intervensi:
.a Pantau frekuensi, warna dan konsistensi feces
R/ Untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada eliminasi fekal.
b. Auskultasi bising usus.
R/ Untuk mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus.
c. Anjurkan klien untuk minum banyak
R/ Untuk merangsang pengeluaran feces.
d. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)
R/ Untuk memberi kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi.
Implementasi
1. Mencatat warna jumlah dan bau feses setiap kali klien buang air besar
2. Mendengarkan suara bising perut klien dengan menggunakan stetoskop
3. Menganjurkan klien untuk minum 8 gelas sehari
4. Memberikan laxative sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dan tepat waktu


Evaluasi
Nyeri pada abdomen dapat berkurang
Syok hipovolemik dapat teratasi dengan segera melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.
Obstruksi usus dapat teratasi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berbagai gangguan yang terdapat pada saluran pencernaan bayi dan anak salah satunya adalah adanya obstruksi pada usus dan hal ini mencakup mekanik maupun paralitik. Sedangkan intususepsi merupakan salah satu bentuk gangguan obstruksi usus yang sifatnya mekanik. Invaginasi atau intususepsi merupakan keadaan gawat darurat, dimana bila tidak ditangani segera dan tepat akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

Saran
Dalam memberikan perawatan kepada bayi atau anak dengan gangguan saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu intususepsi harus diperhatikan ancaman yang dapat muncul selain rasa nyeri yaitu resiko terjadinya syok yang dapat menyebabkan kematian. Sehingga tenaga kesehatan harus benar – benar memperhatikan tanda – tanda yang mengarah ke arah syok.


DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry.2001.Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.America; Mosby
Nettina, Sandra M.2001. Pedoman praktik keperawatan. Jakarta;Alih Bahasa
Brooker, C.2001.Kamus Saku Keperawatan. Jakarta; EGC

Readmore..
 

alexa rank

© Copyright 2010. http://difkanurse.blogspot.com . All rights reserved | http://difkanurse.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com