<mae>asuhan keperawatan ISPA <mae>asuhan keperawatan ISPA

Rabu, 07 September 2011

asuhan keperawatan ISPA

| Rabu, 07 September 2011 | 0 comments

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Untuk mengurangi terjadinya ISPA pada anak dan balita maka dilakukan deteksi dini oleh masyarakat atau kader dengan cirri balita dan anak dalam keadaan batuk, sukar bernafas, segera dibawa ke puskesmas atau UPK terdekat untuk mendapatkan pengobatan. Tujuan Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien ISPA Tujuan Khusus Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai : Pengkajian klien ISPA Diagnosa yang mungkin timbul pada klien ISPA Intervensi yang akan dilaksanakan pada klien ISPA Pelaksaan tindakankeperawatan pada klien ISPA Evaluasi keperawatan klien ISPA Manfaat • Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita ISPA agar lebih menjaga kesehatannya • Sebagai tambahan membuat asuhan keperawatan • Sebagai sumber informasi bagi para pembaca BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR TEORI 1. PENGERTIAN Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Penyebaran Penyakit Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu: • Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk- batuk • Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk batuk dan bersin • Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad renik. Tingkat Penyakit ISPA 1. Ringan Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair. 2. Sedang Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan (adentis servikal). 3. Berat Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis. 4. Sangat Berat Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum. Faktor Risiko Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA: 1. Usia Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2. Status Imunisasi Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap. 3. Lingkungan Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak. Klasifikasi Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut : • ISPA atas : Rinitis, faringitis,otitis • ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia. 2. ANATOMI FISIOLOGI PERNAFASAN

Sistem Pernapasan Atas Hidung Udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan di hidung Faring Merupakan saluran yang terbagi 2, untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman yang masuk bersama udara. Laring Sering disebut jakun, berperan dalam menghasilkan suara dan berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk Sistem Pernapasan Bawah Trakea Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilgo yang menghubungkan laring dengan bronkus utama kiri dan kanan. Keseluruhan jalan napas membentuk pohon bonkus Lung Terletak di sebelah kiri dan kanan yang masing-masing terdiri dari beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastis. 3. ETIOLOGI 1. Virus Utama : • ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus • ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus 1. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus 2. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia. 4. PATOFISIOLOGI Virus aspirasi bakteri berulang Saluran nafas atas peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru Virus terdorong oleh silia di Permukaan saluran nafas terjadi konsolidasi dan pengisian rongga alveoli oleh eksudat tangkapan reflex Spasmus oleh laring 1. Edema Penurunan Reaksi sistemis,bakte Trakea/fa jaringan efektif remia,anorksia,mual,de ringeal paru & kerusa mam, kelemahan Epitel dan lapisan mukosa saluran kan Pernapasan rusak jika tangkapan 2. Peningkatan kan membrane al Peningkatan laju metab Gagal produksi veolar-kapiler Intake nutrisi g adekuat Sekresi Kecemasan Sesak nafas,penggu Tubuh makn kurus Sesak nafas,pe Pemenuhan informasi Nggunaan otot Aktivitas kelenjar mucus naik bantu Perub. pemenuhan gizi Pernafasan,pola na Gangguan pemenuhan fas tidak efektif istirahat tidur Produksi mukosa berlebih 1. Batuk pro Gangguan pemenuhan duktif ADL Penyumbatan saluran nafas 2. Sesak nafas Gangguan pertuka Kecemasan 3. penurunan ran gas Hypertermi kemampuan Batuk malnutrisi sesak nafas hypertermi batuk efektif produktif batuk gangguan peme demam b.d nuhan nutrisi proes infeksi ketidakefektifan bersihan jalan nafas ketidakefek tifan bersihan jalan nafas 5. MANIFESTASI KLINIS - Pilek biasa - Keluar sekret cair dan jernih dari hidung - Kadang bersin-bersin - Sakit tenggorokan - Batuk - Sakit kepala - Sekret menjadi kental - Demam - Nausea - Muntah - Anoreksia 7. PENATALAKSANAAN 1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll. 2. Antibiotik : - Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab - Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus - Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin. - Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll. Pencegahan Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain: 1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi. 2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik. 3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih. 4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Riwayat kesehatan: - Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan) - Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa) - Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang) - Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien) - Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien) Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan a. Inspeksi - Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan - Tonsil tampak kemerahan dan edema - Tampak batuk tidak produktif - Tidak ada jaringan parut pada leher - Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung. b. Palpasi - Adanya demam - Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis - Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid c. Perkusi - Suara paru normal (resonance) d. Auskultasi - Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi secret Tujuan : Pasien tidak sesak lagi Kriteria Hasil: Jalan nafas kembali efektif Intervensi: a. Observasi TTV b. Berikan posisi semi fowler c. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif d. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan Rasional : a. Untuk mengetahui perkembangan klien dan menentukan pengobatan b. Untuk mengurangi sesak c. Agar dapat meneluarkan secret yang menyumbat jalan nafas d. Untuk meringankan sesak 2) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak merasakan demam Kriteria Hasil : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C Intervensi: a. Observasi tanda-tanda vital (suhu) b. Beri klien kompres pada kepala/aksila c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun. d. Kolaborasi dengan dokter: - Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial - Antipiretika Rasional: a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan dan perawatan selanjutnya b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara. c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat. g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas 3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia Tujuan: Setelah dilakukan indakan keperawatan, kebutuhan nutrisi klien terpenihi Kriteria Hasil: - Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal. - Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan - Tidak menunjukkan tanda malnutrisi Intervensi: a. Pantau kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari. b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat. c. Berikan penjelasan mengenai pola diet yang baik d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien. ` Rasional: a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total c. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal. d. Untuk mengetahui jenis diet yang baik diberikan untuk pasien 4) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatn klien tidaka merasakan nyeri Kriteria Hasil: Nyeri berkurang sampai tidak merasakan nyeri Intervensi: a. Observasi skala nyeri b. Berikan posisi nyaman pada pasien c. Ajarkan teknik relaksasi d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik) Rasionalisasi: a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan. b. Dapat mengurangi rasa nyeri c. Dapat meringankan rasa nyeri d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri. IMPLEMENTASI Diagnosa 1 : 1. Mengukur suhu tubuh, tekanan darah dan nadi 2. Menempatkan posisi pasien pada dengan setengah duduk 3. Memberi contoh pasien untuk dapat mengambil nafas secara dalam dan mengeluaran ecara pelan melalu mulut 4. Memberikan obat sesuai dengan petunjuk dokter dan tepat waktu Diagnosa 2 : 1. Mengukur suhu tubuh, tekanan darah, dan nadi pasien 2. Mengompres kepala / aksila pasien dengan menggunakan air dingin 3. Memberikan penjelasan kepada klien tentang manfaat menggunakan pakaian berbahan tipis 4.Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu Diagnosa 3: 1. Memantau jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh klien 2. Memberikan snack atau makanan hangat yang disukai klien 3. Untuk menjaga pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam tubuh 4. Pemberian obat inhalator Diagnosa 4: 1. Menanyakan apakah masih merasa nyeri atau tidak 2. Memberikan posisi miring kanan atau kiri 3. Mengajarkan pada klien cara menarik nafas dalam dari hidung dan mengeluarkan secara pelahan dari mulut 4. Memberikan obat sesuai anjuran dokter dan tepat waktu EVALUASI Pasien tidak mengalami sesak karena sumbatan jalan nafas, tidak demam,tidak merasakan nyeri saat bernafas, dan kebutuhan nutriisi pasien terpenuhi dengan baik. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan. Saran Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi. DAFTAR PUSTAKA Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980. Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980. ____________Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak. Surabaya. 1987. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992. ____________Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1991

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

alexa rank

© Copyright 2010. http://difkanurse.blogspot.com . All rights reserved | http://difkanurse.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com